Mengapa Kita Harus Membaca Hunger Games dan Jatuh Cinta Padanya?

THG SeriesMungkin tak terhitung banyaknya novel-novel yang terbit di dunia setiap harinya. Banyak di antaranya yang layu sebelum berkembang namun banyak pula yang

 melejit bak roket dan menjadi best seller. Salah satunya adalah Hunger Games Trilogy karya Suzanne Collins; seorang penulis berkebangsaan Amerika Serikat; yang kini telah disejajarkan dengan novel-novel berseri sukses lainnya seperti Harry Potter dan Twilight Saga.

Untuk di Indonesia sendiri kisah mengenai Hunger Games baru marak terdengar setelah film adaptasinya diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Orang-orang mulai berbondong-bondong pergi ke bioskop untuk menonton “Permainan Kelaparan” fenomenal ini yang mungkin cukup membingungkan kebanyakan orang pada awalnya. Namun dalam sekejap mata euforia Hunger Games di Indonesia pada akhirnya meningkat pesat.

Jadi, apa yang membuat Hunger Games menjadi begitu diinginkan oleh pembaca di seluruh dunia? Apa keistimewaan kisah dari novel trilogy ini hingga mampu menjadi best seller internasional? Tentunya ada sesuatu yang spesial dalam novel ini.

Nah, bagi kalian yang belum membaca novel ini sama sekali atau sudah menonton film adaptasinya tapi belum membaca novelnya, berikut team Hunger Games sampaikan mengapa kita harus membaca Hunger Games Trilogy dan jatuh cinta padanya.

1. Ide Cerita yang Unik

Bila trend novel saat ini selalu mengambil ide cerita seputar percintaan dan dunia magis, Hunger Games menawarkan hal berbeda. Collins menyuguhkan tema politik dalam seri novel Hunger Games-nya ini. Perebutan kekuasaan antara Capitol; sebutan bagi badan pemerintahan negara Panem yang tiap tahunnya selalu mengadakan permainan mengerikan bernama Hunger Games, di mana pesertanya yakni para remaja dari ke-12 distrik diharuskan untuk saling membunuh satu sama lain, dengan kaum pemberontak yang selalu mendambakan kejatuhan Capitol pada suatu hari nanti, menjadi inti cerita dari novel ini. Ditambah dengan dipergunakannya televisi sebagai alat propaganda kedua kubu untuk saling menyerang dengan menampilkan konten-konten yang penuh dengan rekayasa manipulatif hiperbolis. Politik merebut dan mempertahankan kekuasaan antara kaum pemberontak dan Capitol serta ketidakberdayaan rakyat dalam menghadapi tarik ulur 2 kubu tersebut menjadikan novel ini begitu seru, menegangkan dan tidak bosan untuk dibaca.

2. Penokohan Karakter Utama yang Apik

Tokoh utama dalam novel ini yakni Katniss Everdeen seorang gadis miskin berusia 16 tahun dari distrik 12 berhasil mencuri perhatian pembaca karena perjuangan dan semangatnya dalam menghadapi berbagai penderitaan yang diciptakan pemerintah tiran dalam usianya yang begitu belia. Namun bukan berarti Katniss ini selalu mampu menghadapi segala penderitaan tersebut dengan mulus. Ketakutannya, kegilaannya, keputusasaannya juga banyak ditampilkan oleh Collins sehingga membuat karakter Katniss sebagai tokoh utama menjadi begitu manusiawi dan dekat dengan kenyataan sehari-hari.

3. Romantisme yang Cukup namun Menggigit

Kisah cinta dalam Hunger Games? Tentulah ada. Inilah yang membuat Hunger Games begitu lengkap sehingga sangat layak untuk dibaca.  Walaupun bukan menjadi sajian utama, kisah cinta segitiga rumit antara tokoh utama Katniss dan 2 pria disekitarnya; Gale ‘si api’ dan Peeta ‘si dandelion’ cukup membuat pembaca geregetan, padahal adegan yang disuguhkan tidak lebih dari sekedar peluk dan cium. Kebingungan Katniss untuk memilih, ketampanan Gale, keromantisan Peeta mampu membuat kita tersihir untuk terus membuka halaman demi halaman novel ini.

4.  Moral Cerita Mendalam

Banyak pelajaran dan nilai yang dapat dipetik dari Hunger Games seperti keluarga, cinta, perjuangan, kepercayaan namun yang terutama adalah kemanusiaan. Pembunuhan keji tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh pemerintah melalui Hunger Gamesnya, perang yang dilakukan oleh pemberontak dengan mengorbankan banyak penduduk sipil tak bersalah menunjukkan bahwa kemanusian seringkali menghilang dari dalam diri kita ketika sebuah tujuan tamak bernama kuasa telah menjadi prioritas hidup yang utama. Hal itulah yang ingin diangkat oleh Collins untuk merefleksikan kondisi dunia saat ini yang juga tengah dilanda perang dan menimbulkan banyak korban. Hunger games ingin menunjukkan bahwa keegoisan dari pihak berkuasa telah membuat rakyat kecil yang terjepit ditengah-tengah semakin menderita. Collins mencoba menggerakan rasa kemanusiaan para penguasa dunia dengan novelnya ini.

5. Hunger Games itu Sendiri

Alasan terakhir mengapa kita harus membaca Hunger Games dan jatuh cinta padanya tak lain karena permainan itu sendiri yakni Hunger Games. Konsep pertarungan yang unik dan sadis dengan arena khusus yang super canggih, membuat Hunger Games memiliki daya tarik tersendiri. Dua puluh empat pemuda-pemudi yang berkumpul untuk saling bunuh-membunuh hingga hanya satu peserta yang tersisa di suatu arena khusus yang dapat memberikan kejutan setiap saat, seperti hutan yang terbakar, kekeringan, banjir bandang, tawon penyengat, hingga arena yang dapat berputar, telah merebut hati para pembacanya untuk terus mengikuti seri ini.

Tinggalkan komentar